Rabu, 23 Oktober 2013

Kisah Nabi Jirjis AS


Pada zaman dahulu ada seorang raja zalim penyembah berhala, bernama Darriyan. Seluruh rakyatnya diperintahkan untuk menyembah patung-patung miliknya. Rakyat yang tidak patuh akan dilemparkan ke dalam api besar. Sudah banyak rakyat yang menjadi korban kekejamannya.

Allah SWT kemudian mengutus utusannya pada negeri tempat raja zalim ini. Nabi yang diutus Allah adalah Jirjis bin Qulthin. Beliau diutus untuk menghancurkan kemurkaan yang dilakukan Darriyan.

Suatu ketika Nabi Jirjis AS bertemu dengan Darriyan. Nabi Jirjis AS berkata dengan tenang, “Mengapa kamu tunduk menyembah berhala yang tidak dapat mendengar, melihat dan tidak dapat memberi kekayaan kepadamu?”

Darriyan menjawab, “Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh nikmat kemegahan ini kuperoleh sejak aku menyembah berhala-berhala itu. Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu pada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu.”
Nabi Jirjis AS membalas, “Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna. Sedangkan nikmat akhirat yang Allah anugerahkan padaku akan langgeng.”

Setelah itu, mereka berdua berdebat makin sengit. Karena makin terdesak, emosi Darriyan bangkit. Saking murkanya pada Nabi Jirjis AS, Darriyan memerintahkan pengawalnya untuk menyiksa beliau. Utusan Allah tersebut kemudian disiram dengan air mendidih yang dicampuri dedaunan sehingga kulitnya melepuh. Daging beliau kemudian diiris-iris sehingga tulangnya terlihat. Nabi Jirjis pun wafat.

Namun, dengan kekuasaan Allah, Nabi Jirjis AS bangkit kembali dengan rupa yang lebih menawan dibanding sebelumnya.

Melihat kejadian aneh ini, Darriyan kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membawa enam pasak besi. Dua kaki Nabi Jirjis AS diikat dan direntangkan, lalu keenam pasak tersebut ditancapkan pada tubuh beliau. Nabi Jirjis AS pun wafat kembali dengan mengenaskan. Namun, Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk mencabuti pasak tersebut. Nabi Jirjis AS pun hidup kembali.

“Wahai yang zalim, katakanlah tidak ada Tuhan selain Allah!” teriak Nabi Jirjis AS pada Darriyan.

Darriyan semakin murka. Ia memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Nabi Jirjis AS ke belanga besar dengan air bergolak. Nabi Jirjis AS direbus dalam belanga tersebut. Lagi, Nabi Jirjis AS wafat. Namun dengan izin Allah, beliau hidup kembali.

Sang raja zalim Darriyan kemudian terus menerus menyiksa Nabi Jirjis AS dengan siksaan yang beragam hingga 70 kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga 100 kali. Namun setiap beliau wafat, beliau dihidupkan kembali oleh Allah SWT.

Setelah kewalahan dan kehabisan akal, Darriyan merayu, “Jirjis, jika kau menaatiku, aku akan menaatimu. Sembahlah berhalaku sekali saja, dan aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?”

Nabi Jirjis ‘alaihissalam lama tidak menyahut, sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka sang nabi akan menerima tawaran itu.

Darriyan menyambung, “Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan berbagai siksaan. Sekarang marilah ke rumah untuk menghilangkan keletihanmu malam ini.”

Nabi Jirjis AS kemudian mengikuti Darriyan menuju rumah, namun bukan untuk menerima tawaran tadi, melainkan untuk mencari cara mengislamkan raja zalim tersebut.

Di rumah Darriyan, Nabi Jirjis AS semalam suntuk menunaikan shalat dan membaca Kitab Zabur. Bacaannya malam itu meresap ke hati sang permaisuri. Istri Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam.

Pagi harinya, Darriyan sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis AS sujud pada berhalanya. Namun beliau menolak keras. Akhirnya beliau dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu. Di gubuk itulah beliau dipenjara tanpa diberi makan dan minum.

Suatu hari, ketika merasa lapar, Nabi Jirjis AS berdoa pada Allah. Dengan izin Allah, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah tumbuh, menghijau, dan berbuah. Menyaksikan hal yang menakjubkan tersebut, sang nenek memohon kepada Nabi Jirjis AS untuk berdoa pada Allah supaya menyembuhkan putranya. Sang nabi pun memenuhi permintaan tersebut. Putra sang nenek tersebut kemudian sembuh dan memeluk Islam.

Nabi Jirjis AS berkata, “Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja. Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.”

Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Nabi Jirjis AS pada 70 berhala tersebut. Dengan izin Allah, patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Nabi Jirjis AS. Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Nabi Jirjis memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.

Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil di panggung istana dan berkata, “Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian. Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”
Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya, “Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”

Sang permaisuri menjawab, “Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezalimanmu belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”

Sang permaisuri kemudian dibunuh oleh Darriyan dengan sangat kejam.

Menyaksikan kejadian itu, Nabi Jirjis AS berdoa, “Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”

Seusai berdoa, Nabi Jirjis AS melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh beliau. Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar