Nabi Syith di lahirkan (sekitar 3630-2718 SM),
meninggal pada usia 1042 tahun. Menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian
mengandung seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun. Nabi
Syith atau Seth merupakan anak lelaki ketiga dari Nabi Adam
a.s. dan Hawa, juga merupakan adik bungsu terakhir dari Habil dan Qabil.
Nabi Syith merupakan satu-satunya anak Nabi Adam yang dilahirkan oleh Hawa yang
tidak mempunyai kembar (anak-anak lain dilahirkan kembar dan
berpasang-pasangan). Nabi Syith diangkat sebagai nabi selepas Nabi Adam
menjadikannya nabi kedua di atas muka bumi ini. Beliau yang dianggap sebagai
salah satu dari nabi-nabi dalam Islam. Ia juga termasuk guru Nabi Idris yang
pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan
lain-lain.
Pengarang kitab Qasas al-Anbiya (hal. 59) menyebutkan bahwa setelah menderita sakit selama 11 hari, Nabi Adam wafat. Ketika masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada Syith untuk menggantikan posisi kepemimpinannya. Nabi Adam juga mengingatkan Syith untuk menjaga kerahasiaan pelimpahan mandat ini agar jangan sampai diketahui oleh Qabil, si pendengki.
Menurut keterangan Ibnu ‘Abbas, ketika Syith dilahirkan, Nabi Adam sudah berusia 930 tahun. Nabi Adam sengaja memilih Syith sebab anaknya yang satu ini memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain.
Sebagai Nabi, Syith menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah. Demikian keterangan dari Hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dalam Tarikh Thabari (Jil. I, hal. 152).
Patut kita perhatikan bahwa dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Nabi Adam mengenepikan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya.
Nasehat Nabi Adam AS kepada Nabi Syith AS
(1) Janganlah kamu merasa tenang dan aman hidup
di dunia. Karena aku merasa tenang hidup di surga yang bersifat abadi, ternyata
aku dikeluarkan oleh Allah daripadanya.
(2) Janganlah kamu bertindak menurut kemauan
istri-istri kamu. Karena aku bertindak menurut kemauan istriku (Hawa), sehingga
aku memakan pohon terlarang, lalu aku menjadi menyesal.
(3) Setiap perbuatan yang kamu lakukan,
renungkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan. Seandainya aku
merenungkan akibat suatu perkara, tentu aku tidak tertimpa musibah seperti ini.
(4) Ketika hati kamu merasakan takut akan
sesuatu, maka tinggalkanlah ia. Karena ketika aku hendak makan buah khuldi
(buah larangan), hatiku merasa takut, tetapi aku tidak menghiraukannya,
sehingga aku benar - benar menemui penyesalan.
(5) Bermusyawarahlah mengenai suatu perkara,
karena seandainya aku bermusyawarah dengan para malaikat, tentu aku tidak akan
tertimpa musibah.
Semua
yang terurai di atas adalah cara dan sarana. Pembaca, bisa mencari cara dan
sarana di tempat yang lebih baik. Namun menjaga hati, wajib bagi kita. Karena,
hatilah yang akan mewarnai seluruh anggota badan lainnya, berikut output yang
dihasilkannya.
Dalam Kisah Lain dicetuskan :
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika Adam
meninggal, Syith telah berusia 400 tahun. Dia telah diberi tabut, tali, pedang,
dan kudanya yang bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga.
Apabila kuda itu meringkik, semua binatang yang melata di bumi menyambutnya
dengan tasbih. Syith telah diwasiati untuk memerangi saudaranya, Qabil. Dia
pergi untuk memerangi Qabil dan akhirnya perang itu pun berkecamuk. Itulah
perang pertama yang terjadi antara anak-anak Adam di muka bumi. Dalam
peperangan itu, Syith memperoleh kemenangan dan dia menawan Qabil.
Qabil sebagai tawanan berkata, “Wahai Syith, jagalah persaudaraan di antara kita.” Syith berkata, “Mengapa engkau sendiri tidak menjaganya? Engkau telah membunuh saudaramu, Habil.” Kemudian Qabil ditawan oleh Syith, kedua tanganya dibelenggu di atas pundaknya, dan dia ditahan di tempat yang panas sampai meninggal. Anak-anak Qabil bermaksud menguburkannya. Tiba-tiba Iblis datang kepada mereka dalam rupa malaikat. Iblis berkata kepada mereka, “Jangan dikubur di dalam bumi.”
Iblis membawakan dua batu hablur yang telah dilubangi tengah-tengahnya. Dia menyuruh mereka memasukkan Qabil ke dalam ruang antara dua batu hablur itu, memakaikannya pakaian terindah dan meminyakinya dengan ramuan-ramuan tertentu sehingga dia tidak akan mengering. Lalu Iblis menyuruh mereka menyimpannya di sebuah rumah, diletakkan di atas kursi yang terbuat dari emas dan memerintahkan kepada setiap orang yang masuk ke rumah itu untuk bersujud kepadanya sebanyak tiga kali. Iblis memerintahkan kepada mereka untuk merayakan upacara setiap tahun untuknya dan berkumpul di sekitarnya. Kemudian Iblis mewakilkan urusan ini kepada setan. Setan itulah yang kemudian berkomunikasi dengan mereka sehingga manusia terus-menerus sujud kepada Qabil.
Sementara Syith, setelah dia menunaikan tugasnya memerangi Qabil, pulang ke negeri Hindi (India) dan menetap di sana sebagai juru pemutus yang adil di antara manusia.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Hawa, istri
Adam, meninggal di zaman anaknya, Syith. Setelah meninggalnya Adam, Hawa tidak
hidup lama, hanya setahun, dan meninggal di hari Jumat dalam waktu yang sama
ketika dia diciptakan. Diriwayatkan bahwa Hawa dikuburkan berdekatan dengan
Adam. Setelah kepergian mereka, Allah menurunkan 50 sahifah kepada Syith.
Dialah orang pertama yang mengeluarkan kata-kata hikmah. Dialah yang pertama
kali melakukan transaksi dengan emas dan perak dan orang pertama yang
memperkanalkan jual beli, membuat timbangan, dan takaran. Dan dialah orang
pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi.
Selanjutnya, Syith mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Anusy. Di kening Syith terdapat cahaya Muhammad saw yang berpindah kepadanya dari Adam. Setelah Anusy lahir, cahaya tersebut berpindah ke keningnya. Oleh karena itu, Syith tahu bahwa ajalnya sudah dekat. Dia melihat rambut-rambut yang diberikan oleh Adam dan ternyata dia melihat rambut-rambut tersebut telah memutih. Maka, pada tahun itu Syith meninggal dunia dalam umur 1042 tahun.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Syith meninggal, dia digantikan oleh anaknya, Anusy. Sebelum meninggal, Syith menyerahkan tabut, tali, suhuf, dan cincin kepada Anusy. Anusy berperilaku dengan baik dan memutuskan dengan benar. Kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang kemudian mengandung seorang anak. Setelah anak itu lahir, cahaya Muhammad saw yang ada pada Anusy pindah ke wajahnya. Anak tersebut diberi nama Qainan. Anusy terus melakukan kebiasaannya sampai dia menemui ajalnya. Sebelum meninggal, dia serahkan tabut dan shuhuf kepada anaknya, Qainan. Dia memberi wasiat dan mengangkatnya sebagai pengganti setelahnya.
Wahab bin Munabbih mengatakan, setelah Qainan diangkat menjadi pemimpin setelah bapaknya, dia muncul di antara manusia dengan adil. Menjalankan perilaku yang baik, kemudian menikah dengan seorang wanita yang bernama Uthnuk. Dari pernikahan tersebut, Uthnuk mengandung seorang anak laki-laki. Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Mahlaila dan cahaya Muhammad saw pindah ke keningnya. Selanjutnya, Qainan sakit, yang membawanya kepada kematian. Maka, dia serahkan tabut dan suhuf kepada anaknya dan mengangkatnya sebagai penggantinya. Berikutnya Mahlaila meninggal dan cahaya beralih ke anaknya yang bernama Yarid. Yarid pun meninggal dan cahaya itu berpindah ke anaknya yang bernama Ukhnukh, yang kemudian dikenal dengan Idris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar