Rabu, 23 Oktober 2013

Kisah Nabi Yusya' AS


Dia selalu tekun mempelajari kitab Taurat. Dia pun mengikuti segala sifat dan perilaku Nabi Musa AS. Segala ilmu yang diajarkan Nabi Musa AS dapat dengan mudah diserapnya. Perilaku, ibadah, kezuhudan dan ilmunya pun telah mencapai maqom kenabian. Allah pun telah mengetahui bahwa Yusya’ bin Nun adalah manusia yang tepat untuk meneruskan risalah Kitab Taurat dalam membimbing Bani Israil.
Nabi Musa AS pun atas perintah Allah SWT mempersiapkan Yusya’ bin Nun untuk meneruskan risalah kenabiannya. Nabi Musa AS telah menerangkan semua hukum-hukum Taurat kepada Yusya’ bin Nun.
Waktu terus berjalan. Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS pun wafat. Maka Allah SWT mengangkatYusya’ bin Nun menjadi Nabi Bani Israil setelah melewati beberapa ujian yang diberikan oleh Allah SWT.
Suatu saat Nabi Yusya’ bin Nun mendapat perintah dari Allah SWT untuk membawa Bani Israil keluar dari padang pasir.
“Wahai kaumku Bani Israil Allah SWT mernerintahkan untuk membawa kalian keluar dari padang pasir untuk menuju kota Jericho. Di sana kita akan berjihad melawan penduduk kota itu atas perintah Allah,” ucap nabi Yusya’ kepada kaumnya, Bani Israil.
Namun di antara kaum Bani Israil itu ada beberapa orang munafik yang tidak ingin berjihad di jalan Allah, tapi Nabi Yusya’ bin Nun dapat meredam hasutan kaum munafik tersebut sehingga mereka pun berangkat menuju kota Jericho. Mereka berjalan dengan menyeberangi sungai Yordania hingga akhimya sampai di kota Jericho, sebuah kota besar yang dikelilingi oleh benteng dan gerbang yang kuat.
“Wahai kaumku, Allah SWT memberitahuku bahwa di dalam kota tersebut ada dua belas ribu penduduk. Kita akan mengepung kota itu sampai ada perintah penyerangan dari Allah SWT,” ucap Nabi Yusya’ bin Nun.
Mereka pun melakukan pengepungan terhadap kota tersebut selama enam bulan. Penduduk dalam .kota itupun bersiaga. Namun mereka yakin dengan jumlah yang lebih banyak dari Bani Israil yang dibawa Nabi Yusya’ bin Nun ditambah dengan kekuatan benteng dan gerbang yang mengelilingi kota, tidak akan bisa membuat Bani Israil itu marnpu masuk ke dalam apalagi menguasai kota tersebut.
Pada bulan ke enam pengepungan, akhirnya perintah penyerangan dari Allah SWT pun tiba, “Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menyerbu kota Jericho ini. Penduduk kota ini telah lama durhaka kepada Allah SWT , oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kita untuk membunuh penduduk kota ini sebagai azab bagi mereka.” ucap Nabi Yusya’ bin Nun.
Nabi Yusya’ bin Nun mengadakan rapat dengan tokoh-tokoh Bani Israil untuk mendapatkan strategi yang baik dalam penyerangan. Setelah disepakati, maka pertempuran akan dikobarkan bersamaan dengan matahari terbit. Mereka menyerang kota tersebut diiringi gema takbir kepada Allah SWT dan mernbunyikan terompet peperangan.
Atas pertolongan Allah SWT benteng dan gerbang kota itu dapat dijebol oleh Bani israil. Di dalam kota tersebut terjadi pertempuran hebat antara Bani Israil yang di pimpin oleh Nabi Yusya’ bin Nun dengan penduduk Jericho. Semua penduduk kota itu baik pria dan wanita sebanyak dua belas ribu tewas di tangan Bani israil. Kemudian mereka diperintahkan untuk menaklukan raja-raja di daerah Syam tersebut.
Menjelang matahari mulai terbenam, pertempuran belum juga usai. Padahal bila matahari terbenam, maka hari akan berubah, dari Jum’at dan akan memasuki hari Sabtu. Menurut adat agama Yahudi hari Sabtu adalah hari di mana umatnya dilarang untuk berperang. Oleh karena itu nabi Yusya’ berkata sambil menghadap matahari. “Wahai matahari sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Allah SWT begitu pula aku. Aka bersujud mengikuti perintah-Nya. Ya Allah tahanlah matahari ini untukku agar tidak terbenam lebih dahulu.”
Maka atas mukjizat nabi Yusya’ Allah menahan matahari itu sehingga matahari tidak terbenam dan bulan tidak menampakkan dirinya. Maka petempuran.menaklukan raja-raja di Syam dapat diselesaikan dengan kemenangan gemilang oleh Bani Israil pimpinan Nabi Yusya’ bin Nun
Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan, tidak terbenam hanya karena seorang manusia kecuali untuk Yusya’ yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis untuk berjihad.”
Setelah pertempuran selesai, Nabi Yusya’ bin Nun memerintahkan Bani Israil untuk mengunpulkan harta rampasan perang untuk dibakar sesuai syariat zaman itu bahwa harta rampasan perang harus dibakar dan tidak boleh dibagi-bagi. Ketika dirasa semua harta rampasan sudah terkumpul, maka dimulailah pembakaran. Namun ketika api sudah dinyalakan barang-barang hasil rampasan perang itu tidak mau terbakar.
“Wahai kaumku, aku tahu di antara kalian ada yang tidak melakukan perintahku untuk mengumpulkan barang harta rampasan perang sehingga api ini tidak mau membakar barang- barang yang sudah terkumpul dikarenakan masih ada barang rampasan perang yang kalian sernbunyikan. Aku harap barangsiapa yang belum mengumpulkan segera kalian kumpulkan sebelum murka Allah SWT menimpa kalian. Aku tahu ada yang menyembunyikan emas sebesar kepala sapi.” ucap Nabi Yusya’ bin Nun.
Akhirnya beberapa orang yang menyembunyikan emas sebesar kepala sapi mengembalikan kepada Nabi Yusya’ bin Nun. Setelah emas sebesar kepala sapi itu disatukan dengan harta rampasan perang maka barulah api itu mau melahap barang-barang tersebut.
Sejak saat itu Bani Israil hidup di Baitul Maqdis di bawah pimpinan Nabi Yusya’ bin Nun. Bani lsrail di bawah pimpinan Nabi Yusya’ bin Nun dalam keadaan taat kepada Allah SWT. Mereka terus dibimbing nabi Yusya’ bin Nun dengan Kitab Taurat. Pada usia seratus dua puluh tujuh tahun Nabi Yusya’ bin Nun wafat.
Sepeninggalnya Nabi Yusya’ bin Nun, Bani Israil pun terpecah belah. Mereka berani merubah isi kitab Taurat dengan ditambah dan dikurangi menurut nafsu mereka. Juga ,mereka sering bertikai antara yang satu dengan yang lain sehingga akhirnya persatuan mereka terpecah. Akibatnya tanah mereka diserbu dan dikuasai bangsa lain.
Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan seorang pemimpin yang tegas dan pemberani untuk melawan bangsa penjajah.
Di tempat lain setelah Nabi Yusya’ bin Nun wafat, Allah mengangkat seorang nabi untuk meluruskan dan memurnikan kembali Kitab Taurat yang sudah mengandung banyak bid’ah. Allah mengangkat Samuel, Nabi Israil. Kemudian Bani Israil yang tertindas itu menemui Nabi Samuel untuk meminta petunjuk.
“Wahai Samuel angkatlah salah seorang di antara kami sebagai raja yang akan memimpin kita untuk melawan penjajah!”. Pinta perwakilan Bani Israil.
“Aku khawatir bila sudah mendapat pimpinan yang dipilih Allah SWT, justru kalian tidak mau berangkat berperang.” Balas Nabi Samuel.
“Kami sudah lama menjadi bangsa yang tertindas, kami tidak mau lebih lama lagi terjajah dan menderita seperti ini.” Ucap Bani israil.
Karena didesak oleh Bani Israil, maka Nabi Samuel pun berdoa kepada Allah SWT. “wahai Allah Tuhanku, kaumku mendesakku untuk meminta pemimpin yang diangkat di antara mereka , hanya Engkaulah yang tahu orang yang mampu melaksanakan tugas sebagai pemimpin yang membawa kaumku terlepas dari penjajahan. Hamba mohon berilah petunjuk pada kami, walaupun aku khawatir bahwa mereka akan menolak pemimpin yang ditunjuk oleh Engkau dan Engkau adalah Allah Yang Maha Tahu Lagi Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
Allah pun mengabulkan doa Nabi Samuel. Maka Thalut ditunjuk oleh Allah untuk mernimpin Bani Israil. Thalut hanyalah seorang petani yang miskin dan beriman kepada Allah pada saat itu. Oleh karena itu Bani Israil menolaknya. Nabi Samuel pun menjelaskan mengapa Allah SWT menunjuk Thalut sebagai pemimpin mereka.
“Wahai kaumku, Allah menunjuk Thalut untuk memimpin kalian. Dan kekhawatiranku pun terbukti. Kalian menolak pemimpin yang ditunjuk hanya karena Thalut dari kalangan orang yang miskin dan dari orang yang tidak dikenal oleh kalian. Perlu ketahui oleh kalian bahwa Thalut itu seorang yang ahli dalam strategi perang, berbadan kuat dan ahli dalam tata negara. Oleh karena itu, Allah memilihnya nntuk kalian.”
Akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagai pemimpin mereka. Thalut akhirnya membentuk pasukan yang terdiri dari orang-orang terbaik untuk melawan pasukan penjajah yang diipimpin oleh Jalut atau lebih dikenal dengan nama Goliath. Goliath adalah seorang panglima perang yang bertubuh raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya pasti binasa.
Sebenarnya pasukan Thalut hatinya kecut juga melihat keperkasaan pasukan Goliath. Thalut pun berdoa kepada Allah SWT agar pasukannya diberi kesabaran dan keberanian untuk melawan orang-orang kafir. Doa Thalut dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan pasukan yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan pasukan Goliath, akhirnya pasukan Goliath dapat dibuat porak-poranda. Mereka lari tercerai berai. Tinggallah Goliath dan beberapa prajurit yang tersisa menghadapi pasukan Thalut. Thalut dan pasukannya tidak berani melawan raksasa itu. Maka Thalut pun mengumumkan ,”barang siapa yang dapat membunuh Goliath, maka dia akan diangkat menjadi menantu.”
Kemudian, seorang remaja belia bernama Dawud tampil ke depan untuk menyanggupi perintah Thalut tersebut. Pada awalnya Thalut ragu dengan kesanggupan Dawud mengingat usianya yang masih remaja dan beperawakan kecil. Tapi karena didesak oleh Dawud, akhirnya Thalut mengizinkan pemuda itu untuk menghadapi Goliath.
Goliath mengejek Bangsa Israil sebagai bangsa pengecut. Kemudian Dawud tampil untuk melawannya, Goliath tertawa terbahak-bahak melihat Daud yang masih remaja dan bertubuh kecil ingin melawannya, apalagi Dawud tidak membawa pedang atau tombak, tapi hanya membawa sebuah ketapel di tangannya.
Pada awalnya Goliath tidak ingin melayani tantangan Dawud. Tapi karena Dawud memancing emosinya, akhimya Goliath menyerang Dawud dengan pedangnya. Berulang kali serangan-serangannya dapat dihindari oleh Dawud. Pada suatu kesempatan Dawud berhasil melayangkan batu dengan ketapelnya ke arah di antara kedua mata Goliath, Goliath pun seketika roboh dan tewas.
Dengan tewasnya Goliath, maka menanglah pasukan Thalut. Dan sesuai janji Thalut, maka Dawud diangkat menjadi menantunya. Dawud menikahi anak Thalut yang bernama Mikyai.
Dawud lebih dikenal dan lebih populer di hati rakyat daripada raja Thalut. Hal ini membuat Thalut merasa iri. Thalut berusaha menyingkirkan Dawud dengan mengirimnya ke peperangan-peperangan melawan musuh-musuh yang lebih kuat. Tapi Dawud selalu pulang dengan membawa kemenangan, sehingga rakyat semakin lebih mengidolakan dan mengagumi Dawud daripada Thalut. Akhirnya pecahlah perang antara Thalut dan Dawud beserta pendukung-pendukungnya. Dalam pertempuran itu Thalut tewas. Keimanan Thalut kepada Allah SWT pupus hanya karena rasa iri kepada Dawud dan dia tewas dalam keadaan merugi.
Sesudah Thalut tewas maka diangkatlah Dawud sebagai raja Bani Israil. Selain sebagai raja Dawud menjadi Nabi untuk Bani Israil.


1 komentar: